Anda tidak dapat mengakses halaman ini karena belum diverifikasi oleh admin. Hubungi admin untuk info lebih lanjut.
0 of 49 Questions completed
Questions:
You have already completed the tryout before. Hence you can not start it again.
Tryout is loading…
You must sign in or sign up to start the tryout.
You must first complete the following:
0 of 49 Questions answered correctly
Your time:
Time has elapsed
Wanita, 35 tahun, datang dengan keluhan pucat sejak 3 bulan ini, pasien menjalani diet ketat sebelumnya karena berat badan pasien berlebih. Dilakukan pemeriksaan lab, dijumpai gambaran apusan darah tepi seperti di bawah ini
Pasien kemudian diberikan terapi SF 3X200mg dan direncanakan diberi selama 3 bulan.
Apakah efek samping yang dapat timbul dan tata laksana efek samping pemberian terapi pada pasien ini?
Seorang perempuan, 26 tahun, datang dengan keluhan diare sejak 3 bulan ini, disertai dengan lemas dan pucat. Dari hasil laboratorium Hb.8 gr/dl, SI: 19 g/dl, TIBC 580 g/dl, Leukosit 5800/mm3, Trombosit 367.000/mm3. Hasil kolonoskopi dijumpai gambaran skip lesion.
Apakah penyebab anemia pada pasien ini?
Seorang laki-laki 30 tahun masuk rumah sakit dengan keluhan perdarahan pada gusi sejak 2 minggu terakhir. Perdarahan pada gusi terjadi terus menerus dan secara spontan. Riwayat demam naik turun sejak 1 bulan terakhir. Pasien tidak masuk kerja di kantor karena merasa lemas dan nafsu makan menurun dalam 1 bulan terakhir. Penurunan berat badan 5 kg dalam 1 bulan. Pemeriksaan Fisis di dapatkan T : 120/70 N: 100x/menit, P 26x/menit, S; 38 oC, Konjungtiva anemis, ikterus tidak ada, KGB tidak teraba, Hepatosplenomegaly, Pteki dan hematom pada ekstremitas superior dan inferior. Dari Laboratorium didapatkan : WBC : 55.000/uL, Hb : 8,0 g/dl, HCT 24%, PLT 25.000/uL, hitung diffrensial count tidak terbaca, PT: 18,3 detik, INR 2,05, aPTT : 36,0 detik. D-dimer : 2,3, Fibrinogen 200. ADT : susp AML, 1 minggu sebelum masuk rumah sakit, pasien dilakukan BMP dengan kesan AML M- 3.
Komplikasi yang paling sering terjadi pada pasien ini :
Wanita usia 29 tahun dengan kadar Hb 7,8 mg/dl dengan hitung retikulosit 0,8%. Pada morfologi darah tepi didapati gambaran anemia mikrositik hipokrom. Hb A2 2,4% dan Hb F 1,3 %. SI 15 mgm/dl dan TIBC 420 mgm/dl.
Diagnosis pada pasien ini adalah :
Seorang laki-laki 43 th, masuk RS dengan tungkai kanan membengkak dan tidak nyeri, ada riwayat thrombosis pada keluarga,dan pemeriksaan laboratorium ditemukan peningkatan D.dimer dan penurunan anti trombin. Pada pemeriksaan USG – Dopler terdapat thrombus pada vena femoralis.
Pada pemeriksaan fisik apakah yang anda harapkan dijumpai :
Seorang pria umur 35 tahun, datang ke rumah sakit dengan keluhan panas sejak 3 hari yang lalu, keringat dingin, gelisah, nyeri otot-otot, tidak ada riwayat bepergian ke luar pulau sebelumnya. Pada pemeriksaan fisik didapatkan pasien tampak letargis, tekanan darah dan nadi tidak terukur, respirasi 30 kali/menit, suhu 39.4oC, mata tampak sedikit ikterik, tidak terdapat ruam di anggota gerak. Hasil pemeriksaan laboratorium didapatkan Hb 16,5 g/dL, HCT 54%, leukosit 2.100 /mm3, trombosit 30.000/mm3, SGOT 98 U/L, SGPT 108 U/L, GDS 108 mg/dL, BUN 50 mg/dL, kreatinin 2,0 mg/dL, natrium 147 mEq/L, kalium 3,7 mEq/L, chlorida 105 mEq/L, NS-1 (+) positif. Pasien telah diberikan resusitasi bolus cairan kristaloid sebanyak dua kali selama 60 menit kemudian dilanjutkan dengan satu kali pemberian cairan koloid sebanyak 10 ml/kg/BB dalam 15 menit. Setelah pemberian koloid tersebut didapatkan hasil HCT 45%, dan tidak didapatkan perbaikan hemodinamik. Tindakan selanjutnya yang paling tepat adalah:
Seorang wanita, umur 37 tahun datang ke poliklinik penyakit dalam dengan keluhan demam sejak 1 minggu terakhir, pasien sadar baik, tampak pucat, mual, tidak nafsu makan, sakit kepala, tidak mengeluhkan adanya kejang, buang air kecil warna kuning muda dengan jumlah cukup banyak, badan terasa lemas hingga tidak kuat duduk/berjalan. Riwayat sebelumnya bepergian ke Jayapura untuk urusan pekerjaan. Pada pemeriksaan laboratorium didapatkan RDT malaria (+). Pemeriksaan preparat hapus darah tebal ditemukan schizon p.falciparum dengan jumlah 4500 parasit per 200 leukosit. Selama perawatan pasien mendapat terapi ACT dan Primakuin. Pasien kemudian dipulangkan setelah pada hari keempat perawatan dengan klinis yang baik dan tidak ditemukan parasit malaria dalam preparat hapus darah tipis dan tebal. Dalam evaluasi pengobatan selanjutnya, didapatkan pasien mengeluh demam dengan suhu 38°c pada hari ke-14, dari pemeriksaan preparat hapus darah tebal ditemukan schizon p.falciparum dengan jumlah 200 parasit per 1000 leukosit. Keadaan pasien ini disebut sebagai?
Berikut ini beberapa faktor risiko terjadinya sindrom pulih imun pada ODHA, kecuali:
Manakah pernyataan dibawah ini yang benar tentang tifoid carrier :
Seorang laki-laki 28 tahun, datang dengan keluhan tidak sadar, dari hetero anamnesis didapatkan pasien dikatakan pulang dari kafe bersama teman-temannya. Dari pemeriksaan didapatkan tekanan darah 70/40 mmHg; frekuensi nadi 110x/menit, lemah; suhu 35,5 derajat Celcius; frekuensi napas 10x/menit, pin point pupil, dan ditemukan needle track sign. Diagnosa yang paling mungkin pada penderita ini adalah :
Seorang wanita berusia 65 tahun, datang dengan keluhan benjolan pada leher yang ikut dengan gerakan menelan. Didapatkan perubahan pada suara, penurunan berat badan, kesulitan dalam menelan. Kadar TSHS 14 miu/L, FT4 0,5 mg/dl. Pasien dianjurkan untuk dilakukan USG Tiroid.
Dari data berikut ini yang bukan merupakan gambaran USG dengan karakteristik yang paling mendekati ganas adalah:
Seorang wanita berumur 30 tahun, datang dengan keluhan timbul benjolan di leher yang membesar sejak 4 bulan yang lalu. Tidak ada nyeri, tidak merasa berdebar-debar, tidak ada keringat dingin dan tidak ada penurunan berat badan. Pada pemeriksaan fisik didapatkan TD 120/80 mmHg, nadi 72x/menit, suhu 360C jantung dan paru dalam batas normal. Teraba benjolan di leher sebelah kiri yang ikut bergerak saat menelan. Hasil lab darah rutin dalam batas normal, TSH 1,2μIU/ml, FT4 1ng/dl
Pemeriksaan penunjang awal yang dilakukan pada kasus ini, adalah
Seorang laki-laki berusia 50 tahun memiliki riwayat diabetes melitus tipe II selama 4 tahun datang untuk periksa ke dokter. Data lab HbA1C 7 %, GDP 150 mg/dl, dan GD2JPP 220 mg/dl. Pasien tidak memiliki riwayat polyuria, tetapi usahanya untuk diet dan berolah raga gagal. BMI 30 kg/m2. Pasien telah minum obat metformin, namun 3 minggu kemudian pasien menghentikan pengobatan karena diare.
Obat yang dapat direkomendasikan pada pasien tersebut adalah:
Seorang wanita berusia 65 tahun datang dengan keluhan rasa lelah dan lesu selama 7 bulan. Dia juga mengeluhkan kulit kering dan kehilangan rambut. Pada pemeriksaan fisik di dapatkan bradikardia dengan nadi 50 x/menit dengan TD normal dan didapatkan kulit kering dan kasar, alopesia dan edema ringan pada ekstremitas bawah.
Manakah dari berikut ini yang paling mungkin sebagai diagnosis klinis dan tes skrining yang diperlukan?
Seorang perempuan berusia 60 tahun datang ke poliklinik penyakit dalam untuk kontrol rutin. Saat ini pasien tidak ada keluhan. Pasien memiliki riwayat diabetes mellitus sejak 10 tahun yang lalu, saat ini dalam terapi glimepiride 1 x 2 mg dan metformin 3 x 500 mg. Dari pemeriksaan fisik tekanan darah 120/80 mmHg, nadi 80x/menit, RR 18 x/menit. Dari hasil laboratorium didapatkan kadar Trigliserida 220 mg/dL, LDL 150 mg/dL, dan HDL 38 mg/dL.
Tatalaksana dan target LDL pada kasus ini, adalah :
Laki-laki 59 tahun dengan NSTEMI direncanakan untuk kateterisasi dan pemasangan DES (Drug Eluting Stent). Hasil pemeriksaan lebih lanjut ditemukan pasien DM sejak 30 tahun menggunakan glimepirid 1×2 mg tapi tidak teratur. Pasien juga mengeluh pandangan kedua mata kabur, kedua kaki sering kesemutan dan sandal sering terlepas bila berjalan. Pemeriksaan fisik ditemukan TD 150/90, JVP 5-2 cmH2O, katarak imatur kedua mata. Paru tidak terdapat rhonki, jantung tidak terdapat gallop. Hipestesi setinggi ankle bilateral. Laboratorium didapatkan GDS 285, HbA1C 9,8 Ur 40/Cr 2,7 (eGFR 24,7). Pasien khawatir fungsi ginjalnya akan memburuk setelah tindakan kateterisasi.
Hal-hal yang dapat dilakukan untuk mencegah perburukan fungsi ginjal pada pasien,
KECUALI
Perempuan 79 tahun dikonsulkan ke bagian penyakit dalam karena hiperkalemia. Pasien masuk ICU surgikal pascaoperasi kolektomi parsial akibat ruptur divertikulum disertai peritonitis. Pasien telah diberikan cairan intravena, antibiotik, dan vasopresor. Hari ini, 1 hari pascaoperasi, pasien mengalami oliguria dengan produksi urin <5 ml/jam dalam 4 jam terakhir. Terapi vasopresor telah dihentikaan. Pasien diketahui memiliki hipertensi serta penyakit ginjal kronis G4. Obat-obatan rutin pasien saat rawat jalan ialah amlodipin, irbesartan, dan furosemid. Obat-obatan saat ini adalah morfin, propofol, cefotaksim, dan metronidazol. Pada pemeriksaan fisik, pasien terinfubasi dan terpasang ventilasi mekanik. Kateter urin juga telah terpasang. Suhu pasien 38,9 oC, tekanan darah 108/80 mmHg, dengan laju nadi 101/menit. Terdapat edema anasarka, abdomen distensi namun supel. Hasil laboratorium: Kreatinin: : 3,6 mg/dL saat awal; saat ini 2,0 mg/dL Natrium : 142 mEq/L Kalium : 7,1 mEq/L Bikarbonat: 17 mEq/L pH arteri : 7,25 Sedimen urin : silinder granular berwarna coklat Elektrokardiogram menunjukkan gelombang T yang tinggi dengan QRS 140 ms. Selain pemberian kalsium intravena, insulin, dan dekstrose, manakah terapi yang tepat untuk pasien ini?
Pasien laki-laki 56 tahun datang dengan keluhan nyeri pinggang sejak 1 minggu, disertai demam (diukur 39°C) disertai menggigil. Pasien juga mengaku BAK kemerahan. Pasien menderita diabetes mellitus sejak 10 tahun dan saat ini dengan metformin 3×500 mg. Pada pemeriksaan fisik didapatkan kandung kemih kosong, nyeri ketok costovertebra (+). Pada pemeriksaan darah didapatkan Hb 11 g/dL; leukosit 8.900/uL; ureum 42 mg/dL, kreatinin 1,1 mg/dL. Pada urin lengkap ditemukan eritrosit 25-40/LPB . Kemungkinan diagnosis pada pasien ini adalah:
Seorang wanita berusia 30 tahun hamil anak ke-2 dengan usia kehamilan 30 minggu. Pasien saat ini tidak ada keluhan, dan tidak mengetahui riwayat hipertensi sebelumnya. Dilakukan pengukuran tekanan darah dalam posisi duduk, tangan ditopang, pasien sudah istirahat sebelum pengukuran. Didapatkan tekanan darah saat ini 140/90 mmHg di lengan kiri dan lengan kanan. Pasien sama sekali tidak pernah memeriksakan tekanan darah sebelumnya. Berdasarkan klasifikasi European Society of Cardiology (ESC)/European Society of Hypertension (ESH) untuk hipertensi dalam kehamilan, pasien ini termasuk dalam kategori:
Seorang laki-laki, usia 56 tahun, datang dibawa oleh keluarga ke IGD dengan keluhan penurunan kesadaran sejak 2 jam sebelum masuk rumah sakit. Pasien diketahui menderita hipertensi sejak 10 tahun lalu, rutin berobat ke Puskesmas. Akan tetapi, karena pasien merasa tekanan darahnya sudah normal, sejak 2 minggu lalu pasien berhenti minum obat. Obat-obatan yang diminum sebelumnya menurut keluarga pasien antara lain captopril 2×25 mg dan HCT 1×25 mg. Sekitar 1 tahun yang lalu, pasien diantar oleh anaknya ke Penang untuk pemeriksaan kesehatan. Saat itu dari hasil pemeriksaan USG jantung didapatkan adanya gangguan katup.
Pasien saat ini tampak sakit berat, kesadaran sopor. Tekanan darah 220/120 mmHg, nadi 99x/menit. Pada pemeriksaan fisik jantung tampak ictus cordis di sela iga 5 linea aksilaris anterior kiri. Pemeriksaan fisik paru didapatkan ronkhi basah halus bilateral di posterior. Pemeriksaan EKG menunjukkan gambaran irama sinus 90x/menit dengan Indeks Sokolov- Lyon 50 mm. Setelah dikonsulkan ke sejawat neurologi, tidak didapatkan gambaran defisit neurologis fokal namun terdapat papiledema pada funduskopi kedua mata. Hasil pemeriksaan ekokardiografi saat di Penang menunjukkan gambaran global normokinetik, ejection fraction 61 %, dan severe AS.
Anda memutuskan pasien ini mengalami hipertensi emergensi dan berencana memberikan obat antihipertensi parenteral. Obat antihipertensi parenteral yang dikontraindikasikan pada pasien ini adalah:
Perempuan 22 tahun datang ke poliklinik dengan membawa hasil lab anti HCV (+) dari PMI saat pasien hendak mendonorkan darah. Setelah diulang di laboratorium Rumah sakit anti HCV tetap (+). Hasil lab lain termsuk SGOT dan SGPT dalam batas normal
Pemeriksaan lanjutan yang menjadi prioritas pada pasien adalah :
Seorang laki-laki 30 tahun datang dengan keluhan b.a.b cair sedikit-sedikit namun sering yang dirasakan sudah 1 tahun, berbau busuk, dan feses mengambang. Pasien kadang merasakan mual atau muntah, dan nyeri perut hilang timbul. Terdapat penurunan berat badan drastis. Tidak didapatkan massa pada daerah perut. Pemeriksaan analisis feses tidak didapatkan darah samar, dan lemak feses 10 g/hari. Pada pemeriksaan USG abdomen, ada gambaran kalsifikasi pada pankreas (duktus pankreatikus melebar).
Diagnosis yang paling mungkin:
Seorang pria, 30 tahun sering mengeluh nyeri di epigastrium yang dideskripsikan seperti rasa terbakar dan terkadang disertai gejala mual dan rasa asam yang naik dari lambung. Keluhan dirasakan hilang timbul dan dipengaruhi oleh makanan, seperti kopi dan teh. Pasien merupakan karyawan suatu bank dan memiliki kebiasaan merokok untuk melepaskan stres. Pasien biasanya mengonsumsi antasida 3 x 1 sdm untuk menghilangkan keluhannya tersebut, namun saat ini keluhan dirasakan tidak berkurang dengan antasida. Pasien juga memiliki riwayat penyakit asma sejak kecil dan terkontrol dengan obat-obatan asma. Pasien kemudian memeriksakan diri ke dokter dan dianjurkan dilakukan pemeriksaan endoskopi.
Hasil endoskopi pasien menunjukkan gambaran esofagitis klasifikasi Los Angeles derajat C. Berikut merupakan tatalaksana yang tepat pada pasien, kecuali:
Seorang pria, 30 tahun sering mengeluh nyeri di epigastrium yang dideskripsikan seperti rasa terbakar dan terkadang disertai gejala mual dan rasa asam yang naik dari lambung. Keluhan dirasakan hilang timbul dan dipengaruhi oleh makanan, seperti kopi dan teh. Pasien merupakan karyawan suatu bank dan memiliki kebiasaan merokok untuk melepaskan stres. Pasien biasanya mengonsumsi antasida 3 x 1 sdm untuk menghilangkan keluhannya tersebut, namun saat ini keluhan dirasakan tidak berkurang dengan antasida. Pasien juga memiliki riwayat penyakit asma sejak kecil dan terkontrol dengan obat-obatan asma. Pasien kemudian memeriksakan diri ke dokter dan dianjurkan dilakukan pemeriksaan lebih lanjut untuk penegakan diagnosis.
Berikut pemeriksaan yang dianjurkan untuk membantu penegakan diagnosis pada pasien, kecuali:
Seorang lelaki berusia 48 tahun dirujuk ke poliklinik penyakit dalam dengan keluhan lemah badan. Pasien sudah diketahui HbsAg positif selama 6 bulan. Hasil pemeriksaan laboratorium Hb 13,5 g/dl; leukosit 4.500/μL;trombosit 249.000/μL; SGOT 35 IU/L; SGPT 25 Iu/L; bilirubin total 1.2 mg/dL; bilirubin direk 0.6 mg/dL; HBV DNA 1,5 x 103 IU/ml; hasil pemeriksaan USG abdomen dalam batas normal.
Berdasarkan data tersebut di atas, diagnosis pada pasien ini adalah:
Seorang Laki-laki, 50 tahun datang ke Rumah Sakit dengan muntah berwarna hitam. Penderita memiliki riwayat BAB hitam pada 9 bulan yang lalu, dilakukan pengambilan cairan perut dan saat pulang perawatan mendapatkan terapi propanolol , lactulac syrup, spironolactone. Penderita saat ini selain masih muntah hitam juga mengeluhkan perut yang semakin membesar dan nafas yang terasa sesak sejak 1 bulan terakhir.
Pemeriksaan tanda vital didapatkan T: 90/60 mmHg, N: 92 x/mnt, R: 26 x/mnt, S: 37,8 °. Penderita dilakukan pemeriksaan laboratorium didapatkan hasil: Hb: 6,2 gram/dl, Hematokrit: 9,4 %, Lekosit:12.000 103/uL, Trombosit: 98.000/uL, kalium: 5,8 Hasil pungsi ascites didapatkan SAAG ≥ 1,1 g/dl dan ATFP < 2,5 g/dl.
Terapi yang akan diberikan pada penderita adalah:
Tata laksana pertama yang penting dalam kasus pasien hepatitis A adalah :
Seorang perempuan berusia 24 tahun, diketahui menderita lupus sejak 10 bulan yang lalu. Pada awal didiagnosis lupus, terdapat keluhan nyeri sendi, rambut rontok dan kaki bengkak. Selama 3 bulan terakhir, kondisi pasien membaik. Obat-obatan terakhir yang dikonsumsi pasien yaitu metilprednisolon 8 mg per hari, mycophnolate mofetil 2 x 500 mg, captopril 2 x 12,5 mg, dan suplemen vitamin D. Saat kontrol ke poliklinik, pasien mengatakan bahwa ia telah hamil 1 minggu.
Terapi yang paling tepat pada pasien ini adalah:
Seorang wanita 55 tahun, datang ke poliklinik dengan keluhan nyeri dan kaku pada lutut kiri sejak 7 hari yang lalu, nyeri dirasakan terutama saat akan berdiri setelah jongkok, pasien juga merasakan demam dan menggigil. Pada pemeriksaan fisik didapatkan sensorium composmentis, tekanan darah 130/90 mmHg, suhu 38,8oC, pernapasan 20 kali/menit, nadi 92 kali/menit. Tinggi badan 158 cm, berat badan 79 kg, tidak ditemukan kemerahan pada wajah dan ulkus pada mulut, pada lutut kiri didapatkan bengkak dan kemerahan, lutut kanan terdapat krepitasi. Pemeriksaan laboratorium menunjukan 1 laju endap darah 20 mm/jam ; Hb 12,1 g/dL ; leukosit 13,500/mm3, hitung jenis -/2/5/80/15/5, dilakukan aspirasi cairan pada lutut kanan dan dari analisis cairan sinovial didapatkan jumlah leukosit > 50.000/ mm3, sebagian besar terdiri dari PMN.
Diagnosa penyakit pasien tersebut di atas adalah :
Seorang wanita 66 tahun datang ke poliklinik penyakit dalam dengan keluhan nyeri pergelangan tangan kiri sejak 10 minggu yang lalu. Beberapa hari kemudian nyeri juga dirasakan di pergelangan tangan kanan dan sendi-sendi jari lain. Kaku sendi dirasakan selama lebih dari 30 menit dan membaik dengan aktivitisar. Pada pemeriksaan fisik didapatkan sensorium komposmentis, TD 120/80mmHg, nadi 90x/menit, pernafasan 20x/menit, Temp 36,5oC. tampak gambaran arthritis di sendi PIP II-III dan MUP I-V bilateral, siku. Hasil laboratorium menunjukkan LED 90 mm/jam dan faktor neumatoid negatif. Gambaran radiologi yang dapat menyokong diagnosis pada pasien ini adalah KECUALI…
Perempuan 37 tahun datang dengan keluhan sulit menelan yang dirasakan sejak 1 tahun terakhir. Pasien juga megeluh sering nyeri pada ujung-ujung jari tangan dan kaki sejak 2 tahun,terutama pada cuaca dingin. Pasien juga sulit makan karena sulit membuka mulut. Pasien juga mengeluh kulit di jari-jari tangan dan kaki, lengan, badan, dan wajah menjadi mengeras. Dari pemeriksaan fisik didapatkan tensi 160/90 mmHg, nadi 90 kali per menit, RR
20 kali per menit, temperatur axila 36,9O. Gambaran salt pepper pada kulit dan ulkus pada digiti 2 dan 3 manus dekstra, dan pursed lip.
Pemeriksaan penunjuang yang disarankan untuk menegakkan diagnosis pasien ini adalah
Seorang wanita usia 65 tahun datang ke klinik dengan keluhan nyeri pada lutut kanan, yang disertai kaku pada pagi hari dan disertai bunyi gesekan saat lutut digerakkan. Gambaran radiografi sendi yang menyokong diagnosis OA pada pasien ini adalah, KECUALI:
Seorang pria 65 tahun mengeluh sesak dan batuk berdahak yang lama tidak sembuh. Pasien diketahui memiliki riwayat merokok 2 bungkus perhari sejak usia 21 tahun. Pemeriksaan fisik didapatkan bentuk dada tong (barrel chest) dengan frekuensi nafas 22 x/menit, dan saturasi oksigen 93%. Saat perkusi didapatkan hipersonor pada kedua lapang paru dan suara nafas vesikuler melemah. Pasien disarankan pemeriksaan spirometri. Apakah hasil pemeriksaan fungsi paru yang diharapkan?
Seorang mahasiswi 19 tahun tanpa sadar memakan mi goreng yang mengandung udang. Dia alergi terhadap udang. Selama 20 menit berikutnya pasien mengalami lesi kulit akut berupa plakat kemerahan yang meningkat dari permukaan kulit.
Berikut ini manakah yang merupakan karakteristik lesi ini?
Seorang wanita usia 52 tahun datang dengan keluhan sering merasa kepanasan dan banyak berkeringat sejak 3 bulan teakhir. Pasien sebelumnya mengira keluhan tersebut merupakan gejala setelah menopause. Dari pemeriksaan fisik didapatkan TD 110/90 Nadi 120x/menit regular, laju nafas 20x/menit, suhu 37,2. Ditemukan eksopthalmus di kedua mata. Hasil laboratorium didapatkan kadar Free T4 40,55, TSHs <0,05. Rekasi hipersensitivitas yang beruhubungan dengan patogenesis penyakit pasien tersebut adalah?
Seorang pasien laki-laki berusia 48 tahun datang ke Instalasi Gawat Darurat dengan keluhan sesak nafas yang disertai dengan batuk berdahak berwarna kuning sejak 3 hari lalu. Keluhan ini dirasakan 8 tahun lalu dengan 2x serangan dalam 1 tahun. Hasil pemeriksaan fisik menunjukkan RR 28x/menit dan wheezing pada kedua lapang paru, regio torakal terdapat barrel chest dengan hasil faal paru diketahui VEP1/KVP < 70%, VEF1 40% prediksi, VEF1 post bronkodilator naik sebanyak 150cc. Analisa gas darah pH 7,26 (7,35-7,45), HCO3 18 mmol/L (21-28), pO2 59 mmHg (85-100), pCO2 45 mmHg (35-35), SO2 89% (>95). Berikut di bawah ini merupakan tatalaksana kondisi pasien saat ini, yaitu:
Seorang laki-laki, berusia 72 tahun, berobat dengan keluhan batuk darah beberapa bulan terakhir yang hilang timbul. Tidak ada riwayat demam namun berat badan menurun 8 kg selama 4 bulan terakhir, disertai suara serak dan sulit menelan sejak 2 minggu. Terdapat riwayat merokok 2 bungkus per hari selama 50 tahun. Pada pemeriksaan fisik terdapat mengi di kedua lapangan paru, jari tabuh pada kaki dan tangan; tidak ada pembesaran kelenjar limfe. Hasil foto rontgen toraks didapatkan pembesaran hilus paru kiri.
Usulan pemeriksaan lanjutan pada kasus ini :
Seorang laki-laki 60 tahun berobat ke poliklinik dengan keluhan sesak nafas yang semakin hebat sejak 4 hari sebelumnya. Pasien mengeluh sesak nafas yang tidak berkurang dengan istirahat selama 3 minggu terakhir. Batuk berdahak putih kental, tidak disertai mengi dan pasien lebih nyaman berbaring ke sisi kanan. Pasien kadang demam, nafsu makan dan berat badan semakin menurun. Riwayat minum OAT dan kontak dengan penderita TB disangkal. Dari pemeriksaan hasil analisa cairan pleura didapatkan hitung sel MN 95%, glukosa 90 mg/dl, rivalta (+) dan LDH 680 u/l (normal LDH : 240 – 480 u/l). Usulan pemeriksaan selanjutnya yang paling tepat adalah:
Seorang laki-laki berusia 50 tahun datang dengan keluhan rasa ngantuk yang berlebihan padasiang hari sehingga mengganggu aktivitas sehari-hari dalam 1 bulan terakhir. Istrinya juga mengeluh bahwa suaminya berdengkur keras saat tidur dan terkadang nafasnya tampak terhenti. Indeks massa tubuh pasien adalah 42 kg/m2; tekanan darah 155/85. Pemeriksaan lanjutan untuk mengkonfirmasi diagnosis diatas adalah:
Seorang wanita 68 tahun yang dirawat oleh pengasuhnya pasca stroke menggunakan NGT jangka panjang, 2 hari yang lalu NGT nya tercabut saat pasien sempat mutah-muntah.Saat ini pasien dibawa ke IGD mengeluh sesak nafas, disertai demam yang terus menerus sejak 2 hari terakhir dan penurunan kesadaran. Pemeriksaan didapatkan perkusi paru yang pekak dan ronki nyaring di medial – basal paru kanan, dengan suara pernafasan bronkial. Kemungkinan etiologi bakteri penyebab pneumonia pada pasien tersebut adalah:
Seorang perempuan 19 tahun datang ke instalasi gawat darurat dengan keluhan nyeri seluruh sendi yang muncul tiba-tiba sejak 3 hari sebelum masuk Rumah Sakit disertai dengan bengkak pada sendi lutut, pergelangan kaki, pergelangan tangan, siku dan bahu. Demam ada sejak 1 minggu yang lalu. Riwayat menderita sakit tenggorokan 3 minggu yang lalu. Riwayat operasi katup jantung 3 tahun yang lalu. Pasien alergi terhadap obat amoxicillin. Pemeriksaan fisik pasien kompos mentis, TD 110/70 mmHg, nadi 107x/menit, RR 20x/menit, T 38,7oC, rubor, dolor dan kalor pada sendi lutut, pergelangan kaki, pergelangan tangan, sendi bahu dan sendi siku. Pemeriksaan Laboratorium didaptkan WBC 21.800, LED 117, titer ASTO 800 IU/ml (n=<200 IU/ml). Foto toraks tampak wires pada costorenal junction dan ring pada cor. Elektrokardiografi kesan sinus rytme, normoaxis, LVH+strain. Ekokardiografi menunjukkan aorta regurgitation moderate. Terapi kausal yang dianjurkan untuk prefensi profilaksis sekunder pada pasien tersebut bila pasien tersebut diperbolehkan rawat jalan adalah:
Seorang laki-laki berumur 76 tahun dibawa ke instansi gawat darurat dengan kesadaran menurun dan sesak nafas sejak 3 jam sebelum sampai ke rumah sakit. Menurut keluarga, sebelumnya pasien mengeluhkan nyeri dada terutama saat beraktivitas, cepat lelah dan dada berdebar sejak 1 hari yang lalu. Pasien mempunyai riwayai CHF akibat disfungsi sistolik, diabetes mellitus dah hipertensi. Pasien 2 tahun yang lalu pernah mengalami stroke ringan. Dari pemeriksaan fisik didapatkan TD 90/60 mmHg, nadi 130 kali/menit (irreguler), pernapasan 28 kali/menit, dan temperatur 37°C. Data laboratorium: Hb 10 gr/dl, leukosit 8300/ul, trombosit 340.000 /ul, KGD 240 mg/dl, ureum 32 mg/dl, kreatinin 1,2 mg/dl, natrium 137meq/l, kalium 3,8 meq/l. Hasil penyadapan EKG: atrial fibrilasi rapid ventrikular respon. Tatalakasana yang tepat untuk penanganan kasus diatas adalah segera dilakukan kardioversi elektrik. Berikut adalah komplikasi kardioversi elektrik, yaitu:
Seorang laki-laki 40 tahun datang ke IGD dengan keluhan nyeri dada, nyeri dada terjadi saat pasien sedang bermain tenis, nyeri dirasakan seperti tertindih benda berat, nyeri sudah berlangsung selama 60 menit disertai dengan gelisah serta keringat dingin. Pasien ada riwayat merokok sejak 20 tahun yang lalu. Pada pemeriksaan fisis didapatkan tekanan darah 190/100 mmHg, frekuensi nadi 108x/menit. Pada EKG ditemukan ST elevasi disadapan I, aVL,V1-V5. Selanjutnya pasien menjalani trombolitik, namun setelah dilakukan trombolitik keluhan tidak membaik sehingga harus menjalani PCI. Setelah tindakan PCI keluhan berangsur-angsur membaik, dan pasien diberikan dual anti platelet
Pemberian dosis dual anti platelet yang tepat pada keadaan tersebut adalah :
Seorang laki-laki 45 tahun, datang dengan keluhan nyeri dada sejak 1 jam sebelum masuk RS. Nyeri dirasakan seperti tertindih, menjalar ke dagu dan lengan kiri. Pasien tampak gelisah dan berkeringat dingin. Sesak napas tidak ada. Riwayat hipertensi dan diabetes tidak terkontrol. Pada pemeriksaan fisik, didapatkan TD 140/80mmHg, N100x/menit, P20x/menit. DVS R+2, S1S2 reguler, murmur dan ronki tidak ada. Pada EKG, didapatkan ST elevasi lead II,III,aVF. Pada laboratorium didapatkan peningkatan Trop.I. Pasien lalu direncanakan tindakan fibrinolitik. Manakan kontraindikasi absolut terapi fibrinolitik?
Seorang laki-laki berusia 52 tahun datang ke IGD dengan keluhan nyeri dada yang dimulai 3 jam yang lalu. Nyeri dada terjadi saat pasien sedang bekerja di kantor, dirasakan seperti tertindih benda berat, berlangsung selama 30 menit disertai keringat dingin. Pasien merokok 2 bungkus perhari sejak umur 17 tahun.
Pada pemeriksaan fisis didapatkan tekanan darah 150/100 mmHg, frekuensi nadi 100x/menit. Selanjutnya pasien diberikan trombolitik. Lebih dari 1 jam setelah pemberian trombolitik selesai, pasien masih mengeluhkan nyeri dada walaupun telah diberikan obat penghilang nyeri secara infus kontinyu.
Tatalaksana selanjutnya yang paling tepat untuk pasien ini adalah :
Seorang lelaki berusia 76 tahun dibawa oleh keluarganya ke IGD karena sesak nafas yang memberat dan gelisah. Awalnya pasien sesak napas dan kemudian memberat sejak 5 hari yang lalu disertai batuk berdahak warna kuning. Riwayat sesak nafas disertai mengi sejak 6 tahun yang lalu. Pasien merokok 2 bungkus per hari sejak SMA. Pasien biasa menggunakan obat inhalasi yang diberikan oleh dokter jika sesak nafas, namun keluhan saat ini tidak mereda meskipun sudah menggunakan obat tersebut. Pada pemeriksaan fisik didapatkan penderita tampak sakit berat, gelisah, tekanan darah 130/80 mmHg, nadi 118 x/menit, laju pernafasan 32 x/menit, suhu 37,7 0C, bentuk dada barrel chest, wheezing pada seluruh lapangan paru. Hasil pemeriksaan BGA didapatkan: pH 7.32; PO2 75 mmHg; PCO2 60 mmHg; HCO3 31 mEq/L; AaDO2 40, saturasi O2 92%. Terapi oksigen pada pasien ini adalah :
Seorang pria 33 tahun datang dengan keluhan lemas badan. pasien sudah merasa seperti ini sejak 6 bulan terakhir. Pasien adalah seorang mahasiswa yang menjelang akhir masa studi, namun tugas-tugas masih terbengkalai. Pasien merasa tidak nyaman dengan lingkungan dan selalu menyendiri. Sudah lama tidak bermain gitar yang sebelumnya adalah hobi nya. Pasien merasa masa depannya tidak jelas dan tidak punya harapan tertentu setelah lulus kuliah. Napsu makan berkurang selama 6 bulan terakhir. Apa diagnosis paling mungkin pada pasien ini?
Seorang wanita 18 tahun dibawa ke IGD dengan keluhan sesak nafas yang memberat sejak 1 jam yang lalu. Pasien juga mengeluh sakit kepala diikuti dengan kesemutan pada tangan dan kaki. Keluhan ini dialami setelah pasien dipergoki mengambil barang berharga milik majikannya. Pada pemeriksaan fisik didapatkan pasien compos mentis dengan tekanan darah 110/80 nadi 104x/man RR 28x/menit. Hasil pemeriksaan laboratorium : Hb 12,0 G/dl Leukosit 7.800, Trombosit 220.000, Calsium 5,6 mg/dL, Magnesium 1 mg/dL. Pada pemeriksaan Analisa Gas Darah yang diharapkan adalah:
Seorang wanita, 48 tahun, menikah, datang ke poliklinik dengan keluhan sering merasa kuatir, mudah tersinggung, berdebar-debar dan berkeringat banyak. Pasien merasa mudah lelah dan sulit untuk tidur pada malam hari. Keluhan ini telah dialami 10 bulan. Pasien mengatakan kehidupan keluarganya harmonis. Keluhan ini dirasakan muncul tiba-tiba tanpa pencetus. Pemeriksaan fisik dan laboratorium tidak didapatkan kelainan. Kemungkinan diagnosis pada pasien ini adalah:
Butuh Bantuan?
Kami Siap Membantu